Kenangan itu seharga dua belas ribu rupiah, kubeli dalam semangkuk mi ayam. Kadang, kenangan juga bisa kudapat dengan harga sepuluh ribu rupiah, bila kubeli dalam secangkir kopi. Jika aku tak punya banyak uang, kubeli saja ia dengan uang lima ratus perak. Buatku, setangkai permen kaki juga menyimpan kenangan.
Sayangnya, ketika mi ayam dan kuahnya bisa kusesap hingga lesap, kenangan yang ia tinggalkan tak pernah lenyap. Meski kopi kutandaskan hingga tinggal ampas, kenangan tentangnya tak jua tumpas dari ingatan.
Besok atau lusa, aku masih bisa membeli kenangan lagi. Tapi, kapan-kapan aku ingin kau saja yang belikan! Agar bisa kubeli kenangan tentangmu, bukan tentangnya.