Tangannya kian beku merabai kaca jendela. Didengarnya suara hujan. Nafasnya dalam terhembus panjang. Berembun. Angin menjamahnya menjadi bulir-bulir
air. Dua atau tiga detik membuatnya bergulir, merembes pada celah jemari. Meresap ke dalam pori.
"Ah, sudah tujuh bulan"
Tatapannya masih kosong, menerawang dari balik jendela. Seperti tujuh bulan yang lalu. Masih sama. Ada yang tak terisi dalam dirinya. Persis di dalam hati. Mendung di sudut matanya yang masih saja
enggan
untuk beranjak, harusnya berlalu dengan rasa kasih yang
hampir habis menguap. Sebenarnya Ia hanya bimbang. Membenci ia tak mampu, memafkanpun ia belum rela.
0 komentar